|
Anda belum login [ Login ] |
Cerita Friendster Pernah Tolak Dibeli Google USD 30 Juta
NamaDomain.com, Jakarta - Friendster adalah pionir media sosial dan pernah jadi favorit generasi peralihan ke milenial. Siapa sangka mereka pernah menolak dibeli Google USD 30 juta. Ini ceritanya.
Kisah ini diceritakan pendiri Friendster, Jonathan Abrams dalam obrolan podcast Web Masters milik Aaron Dinin. Seperti diberitakan netimperative, Selasa (25/1/2021) Abrams menceritakan kisahnya membuat Friendster.
Tahun 1999, Abrams bekerja kantor Netscape di Silicon Valley. Tugasnya bikin jejaring komunikasi internal yang pernah dia bikin di perusahaan Nordel, namanya Achoo. Abrams awalnya menciptakan yang namanya Hotlinks.
Kemudian Abrams berpikir, dunia maya adalah tempatnya orang memakai persona palsu. Abrams menawarkan bagaimana jika orang bisa mengenalkan kehidupan asli mereka dan menjalin pertemanan di internet. Idenya adalah memindahkan komunikasi pertemanan, teman kerja, tetangga, keluarga dan orang yang kita kenal ke dunia maya.
"Saya dapat ide nama Friendster dan membangun prototipe-nya," kata Abrams.
Seperti umumnya pionir lain, idenya dianggap konyol. Namun pelan-pelan Friendster tumbuh. Sekalinya berkembang, penggunanya melejit tinggi. Dalam satu tahun, Friendster menembus 1 juta pengguna. Uniknya, semua coding masih dikerjakan Abrams sendirian.
"Itu jadi tahun yang sangat sibuk. Saya bikin tim kecil karena Friendster tumbuh begitu cepat. Diberitakan berbagai media dan jadi fenomena," kata dia.
Setelah setahun, Abrams dihampiri Google. Google menawar Abrams USD 30 juta atau Rp 423 miliar. Nilai tersebut setara Rp 14,1 triliun hari ini. Tapi apa yang terjadi, Abrams menolaknya.
Aaron Dinin menyayangkan keputusan Abrams saat itu. Ada investor kuat yang bisa membuat Friendster menjadi perusahaan jutaan dolar. Namun kesempatan tidak datang dua kali.
"Friendster kalah dengan saingannya dan keputusannya menolak Google menjadi dongeng penting untuk pendiri startup dimana-mana," kata Dinin.
Setelah tidak lagi digunakan, Friendster menjual patennya ke Mark Zuckerberg, pendiri Facebook. Facebook tumbuh menjadi raksasa sampai hari ini.
Meskipun ada sebagian pengguna Facebook memakai identitas palsu, nyatanya lebih banyak pengguna memakai identitas asli mereka. Pada akhirnya, penerawangan Abrams yang dianggap konyol, terbukti kebenarannya. Di masa depan, orang bisa memakai identitas asli mereka untuk menjalin perkawanan di dunia maya. (fay/fyk)