|
Anda belum login [ Login ] |
Serangan Siber Lewat Email di Indonesia, Sebanyak Apa Sih?
NamaDomain.com, Jakarta - Selama pertengahan pertama 2020, Trend Micro mencatat Indonesia sebagai target serangan siber berbasis email terbanyak ke-20 di dunia.
Dalam laporan ringkasan tahunan semester pertama 2020, Trend Micro menyebut setidaknya ada 134 juta serangan siber berbasis email yang berhasil mereka blokir di Indonesia, pada periode Januari sampai Juni 2020.
Negara dengan serangan siber berbasis email paling banyak menurut Trend Micro adalah Amerika Serikat dengan lebih dari 4,5 miliar pemblokiran, di bawahnya ada Jerman dan Prancis.
Ancaman yang berbasis email tersebut jumlahnya mulai meningkat pada bulan Maret dan mencapai puncaknya pada bulan April. Beberapa email yang terdeteksi mengandung ancaman antara lain yang berpura-pura sebagai nasihat kesehatan atau permintaan donasi dan ini biasanya memiliki lampiran yang membawa malware.
Selain itu, Trend Micro juga telah menemukan sebanyak 1.707 ancaman yang berkaitan dengan malware online banking di Indonesia dan Indonesia berada pada peringkat ke 15 terbanyak. Sedangkan sebanyak lebih dari 14 ribu malware pada online banking telah ditemukan di Jepang, sehingga Jepang berada posisi pertama dengan ancaman malware pada online banking terbanyak.
Malware yang sering terjadi pada online banking antara lain mencuri data user ID dan password nasabah atau mengirimkan pesan palsu kepada nasabah dan meminta kode token kepada nasabah dengan alasan seperti sinkronisasi token.
Para penjahat siber memfokuskan aksinya dengan memanfaatkan keadaan global terhadap pandemi selama bulan Januari hingga Juni. Dengan bisnis yang beralih ke pekerjaan jarak jauh karena pandemi, penjahat dunia maya mengejar alat yang digunakan di lingkungan ini, seperti aplikasi konferensi video.
Beberapa serangan siber melibatkan serangan terhadap panggilan konferensi video pribadi atau memancing pengguna dengan domain berbahaya. Risiko bagi bisnis terhadap ancaman ini diperparah oleh celah keamanan yang diciptakan oleh tenaga kerja karena harus bekerja secara jarak jauh.
"Pandemi yang saat ini sedang terjadi telah mendominasi semua kehidupan kita tak terkecuali ancaman dunia maya dan belum terlihat akan melambat. Oleh karena itu, organisasi maupun individu harus lebih peka dan berhati-hati dan harus terus meningkatkan strategi keamanan siber mereka untuk menyesuaikan dengan ancaman pada keadaan normal baru ini," kata Nilesh Jain, Vice President South East Asia and India, Trend Micro dalam keterangan yang diterima detikINET.
"Itu berarti, perusahaan harus melindungi remote endpoints, sistem cloud, kredensial pengguna, dan sistem VPN mereka, serta mengadakan pelatihan baru dengan karyawan untuk mengubah cara kerja mereka menjadi garis pertahanan pertama yang lebih efektif," tambahnya.
Di antara semua ancaman serangan siber di semester pertama tahun ini, ransomware merupakan faktor konstan. Meskipun jumlah ancaman ransomware yang terdeteksi menurun, Trend Micro melihat peningkatan 36% dalam kelompok ransomware baru dibandingkan dengan waktu yang sama tahun lalu.
Sedangkan organisasi dan bisnis yang terkait dengan pemerintah adalah industri yang paling ditargetkan untuk operator ransomware, melanjutkan tren yang telah diamati sejak tahun 2019. Bidang kesehatan dan manufaktur masing-masing adalah industri yang paling ditargetkan kedua dan ketiga. Sektor lain yang menunjukkan jumlah upaya serangan yang relatif tinggi antara lain keuangan, pendidikan, teknologi, minyak & gas, asuransi, dan perbankan.
(asj/afr)